Pengetahuan Pintar

Jangan Abaikan Phobia Air Pada Anak

Bermain air di rumah ataupun di waterpark jakarta menjadi kegiatan yang sangat disukai oleh sebagian besar anak. Bahkan, terkadang mereka akan marah jika disuruh berhenti. Akan tetapi, ternyata tidak semua anak menikmatinya. Beberapa anak justru tidak menikmatinya dan bahkan berusaha untuk menghindarinya. Biasanya, anak yang seperti ini adalah anak dengan kondisi phobia air.

aquaphobia

Source: whattoexpect

Sama halnya dengan phobia pada objek lain, penderita phobia air juga akan merasa takut, cemas, pusing, atau bahkan pingsan ketika melihat air, khususnya air dalam jumlah banyak seperti pantai atau kolam renang. Bahkan, pada kondisi yang parah seseorang bisa saja benar-benar merasa takut pada air dalam skala kecil sekalipun. Hal ini tentunya sangat mengganggu, karena tidak ada seorangpun yang bisa tidak berhubungan dengan air sama sekali, misalnya saja seperti saat mandi.

Pada umumnya, phobia pada air ini terjadi akibat trauma masa kecil yang melibatkan air, misalnya:

  • Pada usia batita pernah masuk ke dalam bak air yang suhunya masih terlalu tinggi (panas) sehingga membuat anak kaget
  • Pernah tenggelam
  • Imajinasi anak yang berlebihan akibat reaksi orang di sekitarnya atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan terkait air

Sebenarnya, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengobati phobia air pada anak jika Anda mengetahui penyebabnya. Sayangnya, phobia ini terkadang muncul atau penyebabnya terjadi saat anak tidak sedang bersama Anda, sehingga Anda mungkin tidak mengetahui penyebabnya. Meskipun begitu, bukan berarti phobia ini tidak bisa Anda atasi.

Pada phobia yang tergolong ringan, Anda masih bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuan ahli medis. Apalagi pada usia anak, terkadang pemikiran anak masih bisa Anda modifikasi. Anda bisa mengajak anak melakukan berbagai hal yang menyenangkan saat di air sehingga anak akan mengerti bahwa air adalah hal yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Namun, lakukan secara perlahan dan jangan paksakan jika anak mulai menunjukkan ketakutan berlebihan, seperti jantung berdebar, berkeringat dingin, dan sebagainya.

Namun, untuk trauma berat seperti pernah tenggelam atau trauma akibat bencana alam, Anda lebih baik meminta bantuan ahli medis. Sebab, kondisi ini lebih serius dan membutuhkan terapi khusus untuk menanganinya.

Semoga bermanfaat. (Vita)