Beberapa hari setelah insiden pengeboman yang terjadi di Sarinah, 14 Januari 2016 lalu, jalanan di kawasan Sarinah dan MH Thamrin dipenuhi dengan spanduk-spanduk bernada positif. Rata-rata, spanduk itu bertuliskan “Kami Tidak Takut”, “Jakarta Berani”, “We are Not Afraid”, dan juga “Jakarta Damai”. Melihat banyaknya spanduk tersebut, bisa dipastikan bahwa Jasa Offset Printing Jakarta langsung kebanjiran order, sesaat setelah terjadinya peristiwa naas tersebut. Hal ini seolah menjadi bukti, bahwa dibalik setiap kesusahan pasti ada kemudahan.
Spanduk-spanduk tersebut dipasang pada pagar-pagar di pinggir jalan dan juga pada jeruji jembatan penyeberangan. Seperti pada halte transjakarta Sarinah, misalnya. Sebuah spanduk berwarna hitam dengan tulisan bertinta merah dibentangkan pada salah satu sudutnya dengan tulisan “Kami Tidak Takut”. Spanduk ini seolah ingin memberikan penekanan bahwa kejadian minggu lalu tidak bisa membuat masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta, gentar dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya di halte Sarinah, spanduk itu pun menutupi lokasi pengeboman pertama yakni di pos polisi yang berada di tengah perempatan. Pos polisi tersebut hancur total sehingga untuk sementara harus ditutupi dengan spanduk agar tidak mengganggu dan menimbulkan trauma bagi para korban. Tulisan yang serupa pun tertulis di sana, yaitu “Jakarta Berani” dan “Jakarta Damai”. Sebenarnya, dari mana asal semua slogan ini?
Ternyata, slogan-slogan yang tertulis pada spanduk tersebut berasal dari gerakan di sosial media yang digagas oleh segelintir orang. Campaign ini pun menuai sukses sehingga pada sore hari di hari yang sama dengan aksi pengemboman tersebut, hashtag #JakartaBerani dan #KamiTidakTakut sudah ramai di sosial media dan juga menjadi trending topic. Alasannya adalah mereka tidak ingin memberikan kepuasan pada para teroris karena telah membuat para masyarakat takut dengan aksi tersebut.
Slogan positif ini pun sudah mendapat sorotan dari masyarakat dunia. Sebutlah media besar seperti Mashable, CNN, hingga Buzzfeed, yang ikut memberitakan gerakan “Kami Tidak Takut” ini. Meski masih menimbulkan perdebatan di antara masyarakat, entah harus bahagia atau justru takut dengan ‘meledak’nya slogan ini, diharapkan masyarakat tetap waspada dan awas terhadap tindak-tanduk siapa pun di sekitarnya. (TR)